Selasa, 27 September 2011

Lindungi Anak dari Pelecehan Seksual (Bag-1)

Akhir-akhir ini kita kerap mendengar kisah horor di media tentang anak-anak atau remaja yang dianiaya atau diserang dan dilecehkan secara seksual. Cerita macam itu tentu menimbulkan ketakutan dan paranoid di kalangan orang tua. Terlebih untuk memastikan keamanan anak-anak dari pemangsa seksual. Memahami proses pelecehan seksual dan mengenali tanda-tanda bahaya dari pelecehan seksual adalah langkah pertama orang tua mempersenjatai diri dengan informasi yang diperlukan demi mengurangi rasa takut sekaligus melindungi anak-anak kita dari pemangsa seksual.

Pelecehan seksual biasanya terjadi dari proses “grooming”.  “Grooming” sendiri menurut kamus bermakna afeksi dalam hubungan antar manusia (juga hewan) melalui sentuhan fisik. Dalam konteks sosial, grooming dilakukan oleh mereka yang memiliki kedekatan dan ikatan demi membentuk struktur sosial.

Namun, untuk para pemangsa seksual, grooming berarti proses mengidentifikasi dan melibatkan anak dalam aktivitas seksual. Di dalamnya tidak ada keseimbangan, melainkan seorang berkuasa atas yang lain dan melibatkan rayuan, paksaan serta manipulasi. Proses tersebut juga melibatkan motivasi dan niat untuk mengeploitasi anak secara seksual.

Lalu siapa yang ditarget? Pemangsa kerap menarget anak-anak mudah diserang dengan kelemahan sangat nyata: tidak populer, kurang kasih sayang, mereka yang mencari cinta dan perhatian di luar, tidak percaya diri, terisolasi dari khalayak, sering menghabiskan waktu sendiri, kurang diawasi orang tua dan mengalami masalah keluarga.

Bagaimana korban didekati oleh pemangsa? Kerap, di awal-awal, para pemangsa menampilkan kesan positif terhadap anak. Mereka menunjukkan ketertarikan pada anak kecil dan kerap menyenangkan hati mereka. Predator tersebut juga belajar perilaku anak, kesukaan dan ketidaksukaan mereka. Intinya, mereka berpura-pura berbagi ketertarikan, latar belakang, pengalaman atau apa pun yang serupa demi memikat anak-anak.

Apa sebenarnya tujuan utama mereka? Mereka pada dasarnya adalah penjahat dan niat orang jahat adalah membuat seseorang jadi korban dengan meningkatkan akses ke korban serta menutupi tujuannya agara tak diendus atau diungkap oleh orang lain, bahkan oleh si korban.

Tujuan pemangsa juga untuk membuat korban potensial merasa cukup nyaman berada dekat si penyerang, untuk hanya berdua saja dengan pemangsa dan untuk melakukan perilaku seksual secara sembunyi-sembunyi.

Bagi para orang tua ada beberapa yang perlu diwaspadai terkait proses pemangsa mendekati si korban. Proses tersebut, menurut ahli tumbuh kembang anak, Donna L. Stewart, Ph.D, umumnya mengandung beberapa langkah-langkah, yakni Membangun kepercayaan dan meruntuhkan pertahan diri seorang anak Berpura-pura berbagi ketertarikan, latar belakang, pengalaman dan lain hal yang serupa  Memberi hadiah sebagai cinderamata pertemanan Mengajak bermain-main Memberi tumpangan kendaraan Memberi akses berharga, hal pribadi, keleluasaan atau melakukan aktivitas yang kerap tanpa
batas.  

Menjadi pendengar yang baik dan memberi simpati, contoh dengan ungkapan “Tidak ada seorang pun yang mengerti selain aku, “Saya di sini untukmu”, atau “Aku tahu seperti apa itu rasanya” Berusaha meyakinkan keluarga Melakukan hubungan dekat dengan orang tua (orang tua tunggal atau keluarga berantakan adalah target utama) Berupaya memperoleh kepercayaan atau mengambil keuntungan kepercayaan orang tua si anak atau pengasuh anak Berperilaku sebaik dan sewajar mungkin untuk menghilangkan kemungkinan dicurigai Secara bertahap mengikis batas-batas Meningkatkan kontak fisik secara tidak wajar seperti memeluk, menyentuh area tubuh tidak berbahaya (tangan, menggosok punggung, menggaruk rambut dll) Berpura-pura tidak sengaja menyentuh atau bertubrukan dengan si bocah Memposisikan fisik berdekatan dengan calon korban (tidur di ranjang sama) Melibatkan anak dalam perilaku non-seksual yang tidak tepat (merokok, minum alkohol dsb) Menyentuh atau mengelus di bagian tubuh anak secara tak wajar Melakukan hubungan diam-diam dengan anak Menyusupkan pikiran ketakutan dalam anak bahwa ia akan mendapat masalah besar bila aktivitas mereka terungkap Mengatakan pada anak bahwa sentuhan antara mereka adalah baik dan hubungan mereka spesial.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar