Florence
Nightingale lahir di Firenze (Florence), Italia tanggal 12 Mei 1820.
Ayah Florence bernama Wiliam Nightingale seorang tuan tanah kaya di
Derbyshire, London. Ibunya Frances (“Fanny”) Nightingale née Smith
keturunan ningrat, keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang.
Florence memiliki seorang kakak bernama Parthenope. Semasa kecil
Florence Nightingale tinggal di Lea Hurst yaitu sebuah rumah besar dan
mewah milik ayahnya. Saat usia remaja, Florence tidak seperti anak
ningrat kebanyakan yang suka bermalas-malasan dan berfoya-foya, Florence
lebih banyak beraktivitas diluar rumah membantu warga sekitar yang
membutuhkan.
Pada
saat Florence berusia 24 tahun, dia merasa yakin bahwa panggilannya
adalah merawat orang sakit. Tetapi pada tahun 1840-an, para gadis
Inggris terhormat tidak akan diperbolehkan menjadi perawat. Pada masa
itu, perawat tidak melebihi fungsinya sebagai pembantu yang melakukan
semua pekerjaan di setiap rumah sakit umum (para orang kaya dirawat di
rumah sendiri) dan dianggap sebagai peminum atau pelacur.
Tetapi,
Florence yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tuanya,
merasa hampir gila karena merasa tidak produktif dan frustrasi. Dia
bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, Dr. Samuel Howe,
"Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk
menjadi seorang perawat?" Dia menjawab, "Di Inggris, semua yang tidak
biasa, dianggap tidak layak. Tetapi, bukanlah sesuatu yang tidak mungkin
terjadi atau tidak wajar, bagi seorang wanita terhormat, bila melakukan
suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain."
Florence
sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic
Sisters of Charity -- suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan
hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya
tentang Kaiserworth di Jerman, yang didirikan oleh Pendeta Theodor
Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan
tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua
belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk
melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat yang
disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa.
Bahkan, sebelum dia memutuskan untuk pergi, dengan semangat tinggi,
Florence menanggapi bahwa Kaiserworth adalah tujuannya.
Tahun
1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman. Ia mengenal lebih jauh
tentang Rumah Sakit Modern Pioner yang dipelopori oleh Pendeta Theodor
Fliedner bersama istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran dari
kalangan katolik. Disana Florence terpesona akan pekerjaan sosial
keperawatan yang dipraktekan oleh para biarawati, Florence pulang ke
Inggris dengan membawa angan-angannya tentang keperawatan.
Tahun
1851 saat Florence menginjak usia 31 tahun ia dilamar oleh Richard
Monckton Milnes (seorang penyair dan seorang nigrat) namun lamaran
tersebut ditolaknya karena pada tahun tersebut Florence sudah
membulatkan tekadnya untuk mengabdikan dirinya didunia keperawatan.
Keinginan Florence menjadi perawat ditentang keras oleh ibu dan kakaknya
karena pada saat itu ditempatnya perawat dianggap sebagai pekerjaan
hina. Ayahnya setuju jika Florence mengabdikan diri untuk kemanusiaan,
namun ayahnya tidak setuju jika ia menjadi perawat di rumah sakit,
karena saat itu rumah sakit adalah tempat yang kotor dan menjijikan.
Tanggal
12 Agustus 1853, Florence kembali ke London dan bekerja sebagai
pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick
Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil di Upper Harley Street, London.
Posisi ini ia tekuni hingga Oktober 1854, karena tahun ini terjadi
perang krimea sehingga ia menjadi sukarelawan untuk merawat korban
perang. Ayah Florence memberinya €500 pertahun (Setara Rp.425 juta pada
saat sekarang) sehingga ia dapat hidup nyaman dan meniti karirnya.
Di
rumah sakit ini ia berargumentasi keras dengan komite rumah sakit
karena menolak pasien yang beragama katolik, Florence mengancam akan
mengundurkan diri kecuali pihak rumah sakit merubah peraturan memberinya
izin tertulis bahwa; “ Rumah Sakit akan menerima tidak saja pasien yang
beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta
memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka
termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam”. Dan akhirnya komite rumah
sakit pun menyetujuinya.
Meletusnya
perang di Semenanjung Krimea tahun 1854 yang memakan banyak korban
membuat Florence mengajukan surat kepada mentri penerangan inggris saat
itu (Sydney Hubert) untuk menjadi sukarelawan, ia merupakan sukarelawan
wanita satu-satunya yang mendaftarkan diri. Tanggal 21 Oktober 1854
bersama 38 gadis sukarelawan yang telah ia latih termasuk bibinya Mai
Smith, mereka berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal, bulan November
1854 mereka mendarat di di rumah sakit pinggir pantai di Scutari.
Kondisi
rumah sakit tersebut saat Florence baru tiba disana sangat mengerikan,
semua ruangan penuh sesak dengan prajurit yang terluka dan berates-ratus
prajurit bergelimpangan dihalaman tanpa tempat berteduh dan tanpa ada
yang merawat. Potongan-potongan tubuh sisa amputasi tertumpuk diluar
jendela dan tidak ada yang membuangnya sehingga menggunung dan
menimbulkan bau tak sedap.
Florence
melakukan perubahan-perubahan penting, ia mengatur tempat tidur para
penderita diruangan dan untuk penderita diluar ruangan ia mengusahakan
setidaknya bernaung dibawah pohon dan ia juga menugaskan mendirikan
tenda. Penjagaan dilakukan secara teliti, begitu juga perawatan
dilakukan dengan cermat; perban diganti secara berkala, obat diberikan
pada waktunya, lantai rumah sakit dipel setiap hari, meja kursi
dibersihkan, baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan bantuan tenaga
dari penduduk setempat. Akhirnya gunungan potongan tubuh manusia selesai
dibersihkan, dibuang jauh-jauh dan dikubur. Dalam sebulan rumah sakit
berubah sama sekali, jeritan dan rintihan prajurit yang terluka sudah
berkurang, walaupun bau akibat tumpakan daging belum hilang sama sekali.
Para perawat yang bekerja disana dibawah pengawasan Florence
Nightingale. Pada malam hari ketika perawat lain beristirahat memulihkan
diri, Florence menilis pengalamannya dan cita-citanya tentang
keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Kerja
keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak
terhadap jumlah kematian para prajurit, angka kematian menjadi yang
terbanyak diantara rumah sakit lain didaerah tersebut. Sebagian besar
para prajurit mati karena penyakit tipes, tifoid, kolera, dan disentri
dabandingkan dengan kematian akibat luka-luka perang. Kondisi rumah
sakit menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak
dari daya tampungnya sehingga menyebabkan pembuangan limbah dan
ventilasi memburuk.
Pada
bulan Maret 1855 setelah hampir enam bulan Florence disana, komisi
kebersihan inggris datang memperbaiki sistem pembuangan limbah dan
sirkulasi udara sehingga jumlah kematian menurun drastis. Sebelunya
Florence yakin bahwa tingkat kematian prajurit yang tinggi dikarenakan
nutrisi yang kurang dari makanan dan juga beban bekerja yang berat bagi
prajurit, namun setelah kembali ke inggris dan mengumpulkan bukti-bukti
dihadapan komisi kesehatan tentara inggris, akhirnya Florence menyadari
bahwa tingkat kematian yang tinggi diakibatkan karena kondisi rumah
sakit yang kotor dan memprihatinkan, sehingga ia gigih mengkampanyekan
kebersihan lingkungan sebagai hal utama. Kampanya tersebut berhasil
menurunkan angka kematian prajurit pada saat tidak terjadi peperangan
dan Florence menunjukan betapa pentingnya desain pembuangan limbah dan
ventilasi udara sebuah rumah sakit.
Pada
saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara
datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban
yang berjatuhan banyak sekali. Rombongan pertama datang namun ternyata
jumlahnya sedikit, Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya
harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence
memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran
untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila
mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati
kehabisan darah. Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran,
semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan
berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan,
membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan,
termasuk prajurit Rusia. Malam itu mereka kembali dengan membawa lima
belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak
saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence
berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih
hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong
di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Florence
Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus
1857. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon,
Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Nightingale
memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan
Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Nightingale
menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik
mendetail. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara
militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem
rekam medik angkatan bersenjata.
Ketika
ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik memberikan
pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada saat
perang. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh
masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”,
dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati
Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana
yang besar sekali sejumlah ₤45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang
Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyelamatkan banyak jiwa
dari kematian.
Florence
menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus
untuk wanita yang pertama. Florence berargumen bahwa dengan adanya
sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai,
ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya
untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadai
seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan
rumah sakit St. Thomas Hospital, London.
Saat
dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan
baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea
telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan
didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru
tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan
orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan
Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing
and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.
Pada
tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on
Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum
di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Pada tahun 1861
cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang
perawatan bayi. Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell
mendirikan Universitas Medis Wanita. Pada tahun 1870-an, Linda Richards,
“perawat terlatih pertama Amerika“, berkonsultasi dengan Florence
Nightingale di Inggris, Linda Richards menjadi pelopor perawat di
Amerika Serikat dan Jepang.
Pada
tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The
Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria. Pada tahun 1907 Florence
Nightingale dianugerahi dengan bintang jasa The Order Of Merit dan
Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda
jasa ini. Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City
dari kota London.
Florence
Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus
1910. Ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow,
Hampshire, Inggris.
- Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
- Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi.
- Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.
- Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama Amerika", berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
- Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.
- Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
- Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
- Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis, "Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar