Minggu, 22 April 2012

Resusitasi Jantung Paru

Pernahkah anda menemukan seseorang yang mengalami kejadian kecelakaan ataupun penyakit kemudian seketika mereka tidak respon, tidak ada nafas dan tidak pula ditemukan denyut nadi??

Nah bila menemukan hal tersebut, anda harus segala melaksanakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yaitu Tindakan yang merupakan gabungan  dari ketiga komponen A, B dan C (
Airway control, Breathing Support dan Circulatory Support).
Ilustrasi Pijatan Jantung Luar
Pada orang dewasa tindakan RJP ini dilakukan dengan rasio 30 kompresi dada berbanding 2 kali tiupan nafas (untuk satu penolong) dan rasio 5 kompresi dada berbanding 1 kali tiupan nafas persiklus untuk dua penolong.
Pada anak dan bayi dilakukan dengan rasio 5 : 1 juga.

Adapun cara proses pemberian pertolongan hingga ke Resusitasi Jantung Paru adalah sebagai berikut:

1. Ketika anda menemukan korban, lakukanlah penilaian dini dengan memeriksa responnya melalui respon suara anda. Panggillah nama korban jika anda mengenalnya atau dengan cara mengguncang-guncang bahu korban (hati-hati bila curiga ada cedera leher dan tulang belakang).

2. Jika TIDAK ADA RESPON, untuk korban dewasa mintalah Pertolongan Pertama kali kepada orang disekeliling anda baru lakukan pertolongan. Pada bayi atau anak, lakukan pertolongan terlebih dahulu selama 1 menit baru minta bantuan. Hal ini karena umumnya pada bayi atau anak terjadi karena sebab lain, sehingga biasanya pemulihannya lebih cepat.

3. Pada kondisi tidak respon ini, segera buka jalan nafas, tentukan fungsi pernafasan dengan cara ; lihat, dengar dan rasakan (LDR) selama 3 - 5 detik. Jika ada nafas maka pertahankan jalan nafas dan segera lakukan posisi pemulihan atau melakukan pemeriksaan fisik.

4. Jika TIDAK ADA NAFAS, maka lakukan pemberian NAFAS BUATAN sebanyak 2 X.
Posisi tangan penolong harus tegak lurus
5. Kemudian periksa Nadi Karotis Korban 5 - 10 detik, jika ada maka kembali ke no. 3. Jika TIDAK ADA NADI, maka baru lakukan tindakan Pijat Jantung Luar atau Resusitasi Jantung Paru dengan jumlah rasio 30 kali kompresi dada : 2 kali tiupan nafas (satu penolong) atau 5 : 1 untuk (dua penolong). Ingat melakukan RJP ini hanya dilakukan ketika nadi tidak ada / tidak teraba. 

6. Jika korban menunjukkan tanda-tanda pulihnya satu atau semua sistem, maka tindakan RJP harus segera dihentikan atau hanya diarah ke sistem yang belum pulih saja.Biasanya yang paling lambat pulih adalah pernafasan spontan, maka hanya dilakukan tindakan Resusitasi Paru (nafas buatan) saja.

Catatan : Khusus untuk bayi yang baru lahir, rasio kompresi dan nafas buatan adalah 3 : 1, mengingat dalam keadaan normal bayi baru lahir memiliki denyut nadi diatas 120 x/menit dan pernafasan mendekati 40 x/menit.

Melakukan RJP yang baik bukan jaminan penderita akan selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan sistem pada korban diantaranya:
  • Saat melakukan pijatan jantung luar suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
  • Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan bantuan pernafasan.
  • Reaksi pupil / manik mata mungkin akan kembali normal.
  • Warna kulit korban akan berangsur-angsur membaik.
  • Korban mungkin akan menunjukkan refleks menelan dan bergerak.
  • Nadi akan berdenyut kembali.
Resusitasi Jantung Paru dapat dihentikan apabila:

  1. Korban pulih kembali.
  2. Penolong kelelahan.
  3. Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih dimungkinkan juga dengan peralatan yang lebih canggih (seperti kejutan listrik).
  4. Jika ada tanda pasti mati.
Untuk lebih mudahnya lihat skema disini

Ingat melakukan Resusitasi Jantung Paru harus dilakukan sesuai dengan prosedur secara berhati-hati, karena sedikit saja kesalahan akan menimbulkan akibat yang fatal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar