Setelah
pada halaman sebelumnya dibahas tindakan penilaian korban meliputi
penilaian keadaan (bag.1) dan penilaian dini (bag.2), maka pada halaman
ini akan dibahas tentang PEMERIKSAAN FISIK. Namun topik ini akan dibagi
lagi menjadi tiga bagian mengingat panjangnya topik mengenai
Pemeriksaan Fisik ini.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Penatalaksanaan
korban dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fisik. Memang dalam
tutorial yang diberikan, penatalaksanaan korban dilakukan secara
teratur dan berurutan namun sering kali di lapangan keadaan korban yang
menentukan cara anda sebagai penolong untuk memeriksa.
Setiap
kali penolong menemukan gangguan apalagi yang membahayakan nyawa, maka
saat itulah penanganan cedera harus dilakukan. Sebaiknya pemeriksaan
korban dilakukan dulu secara cepat dan prioritaskan penanganan cedera
mana yang harus didahulukan disusun. Jangan sampai penolong terjebak
dalam menangani cedera yang tidak penting walau itu adahal hal yang
pertama kali ditemukan dan membiarkan cedera yang lebih berat tanpa
pertolongan atau terlambat.
Penilaian Terarah
tujuannya adalah agar penolong dapat melakukan penatalaksanaan yang
terbaik sesuai dengan keadaan yang dihadapi, juga menunjukkan sikap
profesional dalam melakukan tindakan pertolongan secepatnya
berorientasikan masalah yang dihadapi.
Pada KASUS TRAUMA
penilaian korban harus lebih dititik beratkan pada hasil pemeriksaan
fisik, baik yang terarah sesuai dengan keluhan korban atau keterangan
saksi, mekanisme kejadian atau setelah seluruh pemeriksaan fisik secara
menyeluruh selesai dilakukan.
Tanda
vital diperiksa dan bila memungkinkan baru dilakukan wawancara untuk
memperoleh riwayat korban. Pada umumnya tanda pada kasus trauma jelas
terlihat dan teraba, kecuali korban mengalami cedera dibagian dalam
tubuh. Pada keadaan ini mekanisme kejadian dan gejala harus dipelajari
dan diteliti.
Pada kasus ini kita harus membedakan berdasarkan mekanisme cedera, apakah dinilai cederanya signifikan atau tidak. Contoh untuk cedera yang signifikan adalah :
- Terpental keluar dari kendaraan
- Adanya penumpang lain yang meninggal di ruang yang sama
- Jatuh dari ketinggian lebih dari 5 meter
- Kendaraan terbalik, melaju dengan kecepatan tinggi
- Kecelakaan sepeda motor
- Korban tidak respon atau ada gangguan status mental
- Ada luka tusuk di daerah kepala, dada atau perut
Penentuan
signifikan atau tidak juga sangat dipengaruhi oleh mekanisme kejadian
dan usia penderita, misalnya hal yang signifikan jika terjadi pada
seorang bayi yang jatuh dari ketinggian 1 meter yang dapat berakibat
fatal, atau pun orang dewasa yang jatuh dari ketinggian kurang dari 5
meter namun kepala korban yang lebih dahulu ini juga dapat berakibat
fatal.
Mekanisme pada korban cedera tidak signifikan:
- Cari penyebab terjadinya cedera (mekanisme cedera)
- Wawancarai korban sambil menilai apakah pernafasannya cukup kuat dan ada tanda-tanda perdarahan besar atau tidak
- Temukan riwayat yang berhubungan dengan kejadiannya dan pemeriksaan sesuai dengan keluhan penderita
- Nilai tanda vital
- Lakukan pemeriksaan fisik rinci sesuai dengan kebutuhan
Mekanisme pada korban cedera signifikan adalah:
- Nilai keadaan dan tentukan kemungkinan penyebab cederanya
- Wawancarai keluarga atau saksi mata pada saat yang bersamaan lakukan penilaian penderita untuk mengetahui keadaan yang mengancam nyawa. Stabilkan kepada dan leher penderita, periksa jalan nafas, nilai pernafasan dan nadi. Jangan lupa mencari tanda-tanda perdarahan besar
- Lakukan penilaian trauma cepat, yaitu pemeriksaan fisik menyeluruh secara cepat dan melakukan penatalaksanaannya secara cepat pula, carilah cedera yang menyolok dan membutuhkan penanganan segera
- Nilai tanda vital bila keadaan korban terkesan tidak stabil
- Lakukan pemeriksaan fisik rinci bila waktu cukup tersedia
- Ulangi penilaian tanda vital, catat perubahan yang terjadi
Pada
Kasus Medis pelaku pertolongan pertama harus memperoleh riwayat korban
lebih dahulu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang diperlukan
serta mencari nilai tanda vital. Hal ini dilakukan mengingat kasus
medis umumnya hanya berupa gejala yang dirasakan oleh korban saja.
Untuk mendapatkan data yang lengkap penolong harus dapat membuat korban
/ sumber informasi lain menjelaskan gejalanya secara baik dan jelas.
Di
lapangan pada korban sadar biasanya penilaian terarah diatur oleh
korban karena dialah yang akan mengeluh. Sangat tidak profesional bila
korban mengeluhkan sesuatu tetapi penolong tidak segera menanggapinya.
Pada kasus ini korban dibagi berdasarkan ada tidaknya respon,
untuk yang tidak respon segera lakukan pemeriksaan fisik secara cepat
hanya untuk memastikan ada tidaknya trauma, kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan tanda vital. Bila ditemukan adanya perubahan tanda vital
di luar batas normal maka anggap korban itu mengalami masalah medis.
Riwayat
korban diperoleh dari keluarga atau saksi mata. Untuk korban sadar
lakukan tanya jawab terlebih dahulu untuk mencari riwayat penderita,
lanjutkan dengan pemeriksaan fisik sesuai dengan keluhan korban. Kasus medis biasanya tidak memerlukan pemeriksaan fisik secara rinci.
Mekanisme pada korban medis yang respon:
- Mulai dengan tanya jawab dan lanjutkan selama menilai dan menangani korban
- Ajukan pertanyaan yang mengarah kepada riwayat penyakitnya
- Lakukan pemeriksaan fisik korban sesuai dengan keluhan yang diberikan saat tanya jawab
- Nilai tanda vital
Mekanisme pada korban medis yang tidak respon:
- Berusaha melakukan wawancara atau tanya jawab dengan keluarga atau saksi untuk mencari riwayat penyakit atau penyebabnya, namun disamping itu perlu diperhatikan:
- Pastikan jalan nafas terbuka dengan baik, pernafasannya baik, ada nadi. Jangan lupa memeriksa ada tidaknya pendarahan besar. Lakukan penatalaksanaan sesuai dengan temuan penolong.
- Periksa tanda-tanda khas suatu penyakit
- Nilai tanda vital
Pemeriksaan Fisik
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan),
bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara
napas atau derit ), dalam urutan berikut:
1. Kepala
1. Kepala
- Kulit Kepala dan Tengkorak
- Telinga dan Hidung
- Pupil Mata
- Mulut
2. Leher
3. Dada
3. Dada
- Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
- Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakan
- Lakukan perabaan pada tulang
4. Abdomen
- Periksa rigiditas (kekerasan)
- Periksa potensial luka dan infeksi
- Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
- Periksa adanya pembengkakan
5. Punggung
- Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
- Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
- Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
- Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
- Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
- Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya
Denyut Nadi Normal :
- Bayi : 120 - 150 x /menit
- Anak : 80 - 150 x /menit
- Dewasa : 60 - 90 x /menit
Frekuensi Pernapasan Normal :
- Bayi : 25 - 50 x /menit
- Anak : 15 - 30 x /menit
- Dewasa : 12 - 20 x /menit
Pemeriksaan Korban merupakan suatu ketrampilan yang harus dilatih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar