Pengurus PMR SMABHATIG

Mengetahui sesuatu dan memahami segala sesuatu adalah lebih baik daripada mengetahui segala sesuatu, tetapi tidak memahami sesuatu.

Tampilkan postingan dengan label MATERI PP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MATERI PP. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 November 2012

Pertolongan Pertama Syok

Syok (shock) adalah kondisi medis tubuh yang mengancam jiwa yang diakibatkan oleh kegagalan sistem sirkulasi darah dalam mempertahankan suplai darah yang memadai. Berkurangnya suplai darah mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan tubuh. Jika tidak teratasi maka dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ penting yang dapat mengakibatkan kematian.

PENYEBAB
  • Kegagalan  sistem sirkulasi dapat disebabkan oleh
  • Kegagalan jantung memompa darah, terjadi pada serangan jantung.
  • Berkurangnya cairan tubuh yang diedarkan. Tipe ini terjadi pada perdarahan besar maupun perdarahan dalam, hilangnya cairan tubuh akibat diare berat, muntah maupun luka bakar yang luas.
CARA MENGENALI
  • Nadi berdenyut cepat. Denyutannya semakin lama semakin lemah
  • Terlihat pucat (dapat dilihat di bibir bagian dalam)
  • Keringat dingin dan tampak sembab
  • Napas terlihat cepat dan dangkal
  • Badan lemah
  • Mengeluh pusing dan mungkin muntah
  • Mungkin akan tampak gelisah dan bingung
  • Semakin lama terjadi penurunan kesadaran
  • Pada akhirnya jantung akan berhenti
PENANGANAN
Tujuan Penanganan
  • Tangani penyebab syok
  • Meningkatkan suplai darah ke organ otak, jantung dan paru-paru
Langkah Penanganan
  • Tangani penyebab syok (misal perdarahan besar)
  • Rebahkan penderita dengan posisi kepala rendah
  • Tinggikan tungkai dengan memberi penopang pada tungkai (hati-hati pada kasus patah tulang tungkai)
  • Longgarkan pakaian yang mengikat
  • Selimuti penderita
  • Selalu lakukan pemeriksaan berkala nadi dan napas.
  • Bila penderita tidak sadar disarankan untuk posisi pemulihan
  • Segera dibawa ke Rumah Sakit
  • Jika tidak benapas dan jantung tidak berdenyut, lakukan Resusitasi Jantung Paru
 JANGAN LAKUKAN !!!

  • Jangan berikan makan atau minum. Jika penderita mengeluh haus, basahi bibir korban
  • Jangan tinggalkan penderita tanpa ditemani

Pertolongan Pertama Asma

Asma adalah kondisi dimana terjadinya peradangan pada saluran napas akibat hiperresponsif terhadap suatu rangsangan, sehingga saluran napas menjadi sempit dan diperparah dengan adanya produks lendir. Penderita akan merasa sangat kesulitan untuk bernapas terutama saat menghembuskan napas.
PENYEBAB
Asma dapat disebabkan oleh :
  • alergi
  • tekanan psikis
CARA MENGENALI 
Tanda pasti
  • Terlihat sulit bernapas dengan periode menghembuskan napas yang panjang
Mungkin ada
  • Bunyi mengi (wheezing) saat mengeluarkan napas
  • Terlihat cemas
  • Terlihat biru pada kulit di wajah
  • Tidak sadar (jika serangan berkepanjangan dan melelahkan penderita)
PENANGANAN
Tujuan penanganan
  • Membantu memudahkan bernapas
Langkah Penanganan
  1. Tenangkan penderita
  2. Bantu penderita untuk duduk dan istirahat (biasanya badan akan sedikit membusung)
  3. Bantu penderita mengambilkan atau mencarikan obat
  4. Biarkan penderita menggunakan obat inhalernya sendiri
  5. Jika mungkin hindari penderita dari sumber alergi
  6. Jika ini merupakan serangan pertama atau serangan terlihat berkepanjangan, segera ke layanan medis
  7. Jika tidak sadar, segera ke layanan medis
JANGAN LAKUKAN
  • Jangan memaksa penderita untuk tidur terlentang, karena penderita asma akan lebih nyaman dalam keadaan duduk.
  • Jangan banyak bertanya pada penderita, karena biasanya penderita sulit berbicara.

Pertolongan Pertama Pingsan

Pingsan ialah menurunnya kesadaran yang bersifat sementara. Pemulihan biasanya cepat dan sadar penuh. Biasanya disebabkan oleh berkurangnya suplai darah ke otak yang bersifat sementara.

PENYEBAB
  • Kegiatan fisik yang lama
  • Dehidrasi
  • Reaksi emosional
  • Rasa nyeri yang sangat
  • Kurang makan
  • Postural hypotension (terlalu lama berdiri /duduk, atau orang yang tergantung lama pada fall arrester)
CARA MENGENALI
Tanda Pasti
  • Menurunnya kesadaran
  • Frekuensi denyut nadi normal atau melambat
Mungkin ada
  • Rasa mual
  • Berkeringat
  • Wajah pucat
  • Sulit diajak berkomunikasi
PENANGANAN
fainting01  

Tujuan penanganan
  • Meningkatkan aliran darah ke otak
  • Membuat penderita merasa nyaman
Langkah Penanganan
  • Posisikan penderita tidur terlentang dengan tungkai di tinggikan
  • Usahakan mendapatkan udara segar
JANGAN LAKUKAN
  • Jangan memberikan bau yang menyengat (akan sangat berbahaya jika penderita alergi terhadap bau-bauan tersebut)
  • Jangan memberikan minum saat penderita belum sadar penuh
  • Jangan dikerubungi
PERHATIKAN
  • Kemungkinan cidera yang terjadi saat proses jatuh
  • Pingsan biasanya pulih dalam waktu singkat. Jika lebih dari 15 menit penderita belum sadar, segera bawa ke pelayanan medis setempat

Pertolongan Pertama Hiperventilasi

Hiperventilasi (hyperventilation) adalah keadaan napas yang berlebihan akibat kecemasan yang mungkin disertai dengan histeria atau serangan panik.

PENYEBAB DAN MEKANISME
Biasanya disebabkan oleh tekanan psikis / stres psikis misalnya histeria, takut yang berlebihan, sedih yang berlebihan atau marah.
 
Napas yang berlebihan menyebabkan perubahan kimiawi darah yaitu meningkatkan level pH menjadi alkalis . Jika cemas berkurang dan napas kembali normal, maka hiperventilasi akan mereda.

CARA MENGENALI

Tanda pasti
  • Terlihat bernapas cepat dengan tarikan napas yang dalam
Mungkin ada
  • Kecemasan
  • Sakit kepala
  • Prilaku mencari perhatian (misal berteriak-teriak)
  • Kram pada tangan dan kaki
  • Tangan terasa kaku, kesemutan, bergetar
  • Jari-jari tangan menguncup dan lentik, biasanya tidak bisa digerakkan.
PENANGANAN
hyperventilation
Tujuan penanganan
  • Mengurangi tekanan psikis yang di alami penderita
  • Mengembalikan pH darah menjadi normal
Langkah Penanganan
  • Tenangkan korban dengan berbicara dengan lembut
  • Dengarkan jika penderita menceritakan masalahnya
  • Ajak penderita ke tempat yang lebih sepi, temani maksimal 2 orang saja
  • Jika timbul kram atau jari-jari yang menguncup, maka usahakan penderita bernapas dengan kantong kertas (untuk meningkatkan kadar CO2 sehingga pH darah menjadi normal)
  • Sarankan untuk menemui dokter
JANGAN LAKUKAN
  • Jangan berusaha ingin tahu masalah yang di hadapi penderita
  • Jangan dikerubungi

Kamis, 10 Mei 2012

Teknik Pertolongan Pertama (Evakuasi Korban Kecelakaan)

METODE PERTOLONGAN PERTAMA
(Evakuasi Korban Kecelakaan)

Evakuasi Korban
Evakuasi korban adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.

Prinsip Evakuasi
  1. Dilakukan jika mutlak perlu
  2. Menggunakan teknik yang baik dan benar
  3. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memilik penanganan medis dasar (seperti paramedik, para pelaku Pertolongan Pertama Palang Merah Indonesia dan lain-lain).
  4. Semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan kematian
Alat Pengangkutan
Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
 
1. Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan.

Bila satu orang maka penderita dapat:
  1. Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
  2. Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
  3. Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas,
Bila dua orang maka penderita dapat:
Maka pengangkutnya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau tulang punggung.
  1. Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
  2. Model membawa balok
  3. Model membawa kereta
2. Alat bantu
  1. Tandu permanen
  2. Tandu darurat
  3. Kain keras / ponco / jaket lengan panjang
  4. Tali / webbing
Persiapan :
Yang perlu diperhatikan:
  1. Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkanpenilaian kondisi dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan angguan persendian
  2. Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi
  3. Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut
  4. Memilih alat
  5. Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita yang tidak daolam posisi benar.

Rabu, 09 Mei 2012

Teknik Pertolongan Pertama (Pingsan)

METODE PERTOLONGAN PERTAMA
(Penanganan Korban Pingsan)
Pingsan
Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tidur pada seseorang akibat sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah, keracunan, terkejut/kaget, lapar/haus, kondisi fisik lemah, dan lain sebagainya. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, kecelakaan, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, terkejut / kaget, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), anemia, dan lain-lain

Gejala umum
  1. Perasaan limbung
  2. Pandangan berkunang-kunang
  3. Telinga berdenging
  4. Nafas tidak teratur
  5. Muka pucat
  6. Biji mata melebar
  7. Lemas
  8. Keringat dingin
  9. Menguap berlebihan
  10. Tak respon (beberapa menit)
  11. Denyut nadi lambat
Penanganan
  1. Baringkan korban dalam posisi terlentang
  2. Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
  3. Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan
  4. Beri udara segar
  5. Periksa kemungkinan cedera lain
  6. Selimuti korban
  7. Korban diistirahatkan beberapa saat
  8. Untuk mengembalikan kesadaran orang yang mengalami kepingsanan dapat menggunakan bau-bauan yang menyengat dan merangsang seperti minyak wangi, minyak nyong-nyong, anomiak, durian dan lain-lain.
  9. Jika wajah orang pingsan itu pucat pasi maka sebaiknya buat badannya lebih tinggi dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat mengalir ke kepala korban pingsan tersebut.
  10. Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya dengan bantal atau sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke tubuhnya secara normal.
  11. Apabila si korban pingsan tadi muntah, maka sebaiknya miringkan kepalanya agar untah orang itu bisa keluar dengan mudah sehingga jalur penapasan orang itu bisa lancar kembali.
  12. Jika orang yang pingsan sudah siuman maka bisa diberi minum seperti kopi atau teh hangat. Jika orangnya diabetes jangan diberi gula dan jika orangnya masih belum kuat memegang gelas atau minum sendiri dengan tangannya harap jangan diberi dulu agar tidak tersedak.
  13. Apabila tidak sadar-sadar dan berangsur-angsur membaik / pulih maka sebaiknya hubungi ambulan atau dibawa ke pusat kesehatan terdekat seperti puskesmas, klinik, dokter, rumahsakit, dsb agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.
  14. Perhatikan orang lain di sekitar korban, jangan sampai harta benda milik orang yang jatuh pingsan tersebut raib digondol maling / copet yang senang beraksi dikala orang lain sengsara. Perhatikan pula ornag lain yang membantu atau menonton korban, jangan sampai mereka kecopetan saat serius membantu korban atau asyik melihat kejadian.

Teknik Pertolongan Pertama (Berbagai Kasus yang sering terjadi)

METODE PERTOLONGAN PERTAMA
(Berbagai kasus yang sering terjadi)

Kasus-kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama :
A. Asma
Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.

Gejala
  1. Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
  2. Canned be heard the voice of the additional breath
  3. Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
  4. Irama nafas tidak teratur
  5. Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
  6. Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
Penanganan
  1. Tenangkan korban
  2. Bawa ketempat yang luas dan sejuk
  3. Posisikan setengah duduk
  4. Atur nafas
  5. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan
B. Lemah Jantung
Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.
 
Gejala
  1. Nyeri di dada
  2. Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk
  3. Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
  4. Denyut nadi tak teraba / lemah
  5. Gangguan nafas
  6. Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
  7. Kepala terasa ringan
  8. Lemas
  9. Kulit berubah pucat/kebiruan
  10. Keringat berlebihan
Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan, stress, tegang.
 
Penanganan
  1. Tenangkan korban
  2. Istirahatkan
  3. Posisi duduk
  4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas
  5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
  6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
  7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)
C. Mimisan
Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.

Gejala

  1. Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
  2. Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah
  3. Kadang disertai pusing
Penanganan
  1. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
  2. Tenangkan korban
  3. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
  4. Diminta bernafas lewat mulut
  5. Bersihkan hidung luar dari darah
  6. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama
D. Mual-Mual
Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.
 
Gejala
  1. Perut terasa nyeri/mual
  2. Berkeringat dingin
  3. Lemas
Penanganan
  1. Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban
  2. Beri minuman hangat (teh/kopi)
  3. Jangan beri makan terlalu cepat
E. Memar
Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.

Gejala
  1. Warna kebiruan/merah pada kulit
  2. Nyeri jika di tekan
  3. Kadang disertai bengkak
Penanganan
  1. Kompres dingin
  2. Balut tekan
  3. Tinggikan bagian luka
F. Keseleo
Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.

Gejala
  1. Bengkak dan nyeri bila ditekan
  2. Kebiruan/merah pada derah luka
  3. Sendi terkunci
  4. Ada perubahan bentuk pada sendi
Penanganan
  1. Korban diposisikan nyaman
  2. Kompres es/dingin
  3. Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
  4. Tinggikan bagian tubuh yang luka
G. Kram
Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.

Gejala
  1. Nyeri pada otot
  2. Kadang disertai bengkak
Penanganan
  1. Istirahatkan
  2. Posisi nyaman
  3. Relaksasi
  4. Pijat berlawanan arah dengan kontraksi
H. Histeria
Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian.
 
Gejala
  1. Seolah-olah hilang kesadaran
  2. Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
  3. Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas
Penanganan
  1. Tenangkan korban
  2. Pisahkan dari keramaian
  3. Letakkan di tempat yang tenang
  4. Awasi
I. Keracunan Makanan atau Minuman

Gejala
  1. Mual, muntah
  2. Keringat dingin
  3. Wajah pucat/kebiruan
Penanganan
  1. Bawa ke tempat teduh dan segar
  2. Korban diminta muntah
  3. Diberi norit
  4. Istirahatkan
  5. Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik

Teknik Pertolongan Pertama (Gigitan Binatang Berbahaya)

METODE PERTOLONGAN PERTAMA 
(Gigitan Binatang Berbahaya)
Kasus-kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama :
Gigitan Binatang
Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.

Pertolongan Pertamanya adalah:
  1. Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
  2. Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut
Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan kegiatan di alam terbuka, diantaranya:

1. Gigitan Ular
Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada ketepatan diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:
  1. Hematotoksin (keracunan dalam)
  2. Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
  3. Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)
Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan, sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan penderita adalah sangat penting karena rata-rata penderita biasanya takut mati.

Penanganan untuk Pertolongan Pertama
  1. Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari jantung.
  2. Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat
  3. Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan
  4. Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk membendung sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet/ toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik
  5. Letakkan daerah gigitan dari tubuh
  6. Berikan kompres es
  7. Usahakan penderita setenang mungkin bila perlu diberikan petidine 50 mg/im untuk menghilangkan rasa nyeri
Perawatan luka
  1. Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau benda panas
  2. Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila perlu pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau dengan isapan mulut sebab bisa ular tidak berbahaya bila ditelan (selama tidak ada luka di mulut).
  3. Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)
Perbaikan sirkulasi darah
  1. Kopi pahit pekat
  2. Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
  3. Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor
Obat-obatan lain
  1. Toksoid tetanus 1 ml
  2. Antibiotic
2. Gigitan Lipan

Ciri-ciri
1. Ada sepasang luka bekas gigitan
2. Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya setelah 4-5 jam

Penanganan
1. Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
2. Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik

3. Gigitan Lintah dan Pacet

 
Ciri-ciri
Pembengkakan, gatal dan kemerah-merahan (lintah)

Penanganan
1. Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam
2. Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal

4. Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya
Biasanya sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah, dan gatal. Namun beberapa sengatan pada waktu yang sama dapat memasukkan racun dalam tubuh korban yang sangat menyakiti.

Perhatian :
Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi jangan menggunakan kuku atau pinset, Anda justru akan lebih banyak memasukkan racun kedalam tubuh. Cobalah mengorek sengat itu dengan mata pisau bersih atau dengan mendorongnya ke arah samping. Balutlah bagian yang tersengat dan basahi dengan larutan garam inggris.

Teknik Pertolongan Pertama (Pendarahan dan Luka Bakar)

METODE PERTOLONGAN PERTAMA
(Pendarahan dan Luka Bakar)

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Luka

Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena kekerasan atau injury.

Gejala
Terbukanya kulit
Pendarahan
Rasa nyeri

Penanganan
1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol atau boorwater)
2. Tutup luka dengan kasa steril / plester
3. Balut tekan (jika pendarahannya besar)
4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:
1. Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:
- Keluarkan tanpa menyinggung luka
- Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)
- Evakuasi korban ke pusat kesehatan

2. Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.

Luka dan Pencegahan terhadap kemungkinan Tetanus:


Luka Bakar
Luka Bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)
 
Tujuan pertolongan pertama pada korban luka bakar adalah :
- Untuk mengurangi rasa sakit
- Mencegah terjadinya infeksi
- Mencegah dan mengatasi peristiwa shyok yang mungkin dialami korban

Tingkatan Luka Bakar : Luka Bakar Tingkat I 
Luka bakar tingkat satu adalah luka bakar dengan tingkat kerusakan jaringan hanya di bagian luar lapisan kulit, misalnya, kulit terkena sengatan sinar matahari, kontak langsung dengan objek panas seperti air panas atau uap panas.

Gejala :
- kemerahan pada bagian yang terbakar
- bengkak ringan
- nyeri
- kulit tidak terkoyak karena melepuh

Penanganan:
  1. Siram dengan air mengalir bagian luka yang terbakar atau kompres dengan air dingin
  2. Pakailah handuk kecil atau sapu tangan yang dicelup air dingin).
  3. Lakukan sampai rasa sakit menghilang.
  4. Tutup luka bakar dengan kain perban steril untuk mencegah infeksi.
  5. Jangan memberi mentega atau minyak pada luka bakar
  6. Jangan memberikan obat – obatan lain atau ramuan tanpa persetujuan dokter. 
Luka Bakar Tingkat II  
Luka bakar tingkat dua adalah luka yang disebabkan oleh kerusakan lapisan bawah kulit misalnya, sengatan matahari yang berlebihan, cairan panas, dan percikan api dari bensin atau substansi lain.

Gejala:
- kemerahan atau bintikn-bntik hitam bergaris
- melepuh
- bengkak yang tidak hilang selama beberapa hari
- kulit terlihat lembab atau becek

Penanganan
  1. Siram dengan air dingin / air es bagian luka yang terbakar atau kompres handuk kecil atau sapu tangan yang dicelup air dingin.
  2. Keringkan luka dengan handuk bersih atau bahan lain yang lembut
  3. Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi
  4. Angkat bagian tangan ataua kaki yang terluka lebih tinggi dari organ jantung
  5. Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar bibir atau kesulitan bernapas.
Luka Bakar Tingkat III
Luka bakar yang menghancurkan semua lapisan kulit dikategorikan sebagai luka bakar tingkat III misalnya kontak terlalu lama dengan sumber panas dan sengatan listrik

Gejala :
- daerah luka tampak berwarna putih
- kulit hancur
- sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak
 
Penanganan
  1. Jika korban masih dalam keadaan terbakar, padamkan api dengan menggunakan selimut, karpet, jaket dan bahan lain.
  2. Kesulitan bernapas dapat terjadi pada korban khususnya bila luka terdapat pada wajah, leher dan di sekitar mulut karena korban menghirup asap yang menyertai pembakaran.
  3. Lakukan pemeriksaan untuk memastikan korban bernapas.
  4. Tempelkan kain basah atau air ingin, tetapi jangan menggunakan air es untuk luka di bagian wajah, tangan dan kaki. Tujuannya untuk menurunkan suhu daerah luka
  5. Tutup luka bakar dengan perban steril dan tebal, kain bersih, sarung bantal, atau bahan lain yang anda temukan. Tetapi jangan bahan yang mudah rontok seperti kapas / kapuk.
  6. Segera telepon ambulan, penting bagi korban untuk mendapatkan perawatan meski lukanya tidak terlalu besar.

Teknik Pertolongan Pertama (Patah Tulang)

METODE PERTOLONGAN PERTAMA
(Patah Tulang)

Kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama :
Patah Tulang
Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh sehingga tulang menjadi terbelah dan menimbulkan rasa sakit. Jika kita menemukan orang yang tulangnya patah sebaiknya kita harus berhati-hati jika ingin menolongnya karena jika salah maka cideranya akan bertambah parah.
Orang yang patah tulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, puskesmas, klinik, dokter, ahli patah tulang atau pusat kesehatan lainnya agar dapat segera diberi perawatan yang intensif agar tulang yang patah bisa berangsur-angsur pulih kembali.

Gejala
  1. Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang: pembengkakan, memar, rasa nyeri.
  2. Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
  3. Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama bentuk dan panjangnya.
  4. Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak dapat digunakan lagi.
  5. Perubahan bentuk
  6. Nyeri bila ditekan dan kaku
  7. Bengkak
  8. Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah
  9. Ada memar (jika tertutup)
  10. Terjadi pendarahan (jika terbuka)
Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang dan langkah – langkah penanganannya :
1. Patah Tulang Tertutup
Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa menjadi terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan menusuk daging / kulit hingga menimbulkan luka berdarah.

Langkah – langkah penanganan:
  1. Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
  2. Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah.
2. Patah Tulang Terbuka
Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya membuat daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek terluka. Patah tulang ini harus benar-benar diwaspadai karena selain mudah infeksi karena luka menganga juga kita bisa tertular penyakit orang yang berdarah tersebut bila tidak berhati-hati.

Langkah – langkah penanganan:
  1. Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
  2. Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan mengikat bagian yang terluka dengan kain bersih.
  3. Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka.
3. Patah Tulang Belakang / Spinal
Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan merasa sakit pada bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka jangan menimbulkan banyak gerakan pada korban agar tidak merusak sumsum tulang belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh permanen. Sebaiknya tunggu ambulan atau petugas medis yang berpengalaman untuk mengurus korban lebih lanjut.

Langkah – langkah penanganan:
  1. Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat, mengangkat kepala, berdiri, duduk, dsb. Jika tidak mendesak jangan korban patah tulang belakang jangan dipindahkan dari tempat semula dan jaga posisi agar tetap dengan kepala lurus ke atas.
  2. Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.
  3. Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan, meja, dll diangkut minimal dua orang agar stabil.

Teknik Pertolongan Pertama (Pembalutan dan Pembidaian)

METODE PERTOLONGAN PERTAMA
(Pembalutan dan Pembidaian)

Prosedur Pembalutan :

Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:


Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)

Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)
Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.


Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:


  1. Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama didesinfeksi.
  2. Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
  3. Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
  4. Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
  5. Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
  6. Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan cara:

  1. Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
  2. Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15 menit.
  3. Pengikatan dengan tourniquet.
  4. Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
  5. Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
  6. Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
  7. Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan kasa steril.
  8. Elevasi bagian yang terluka
Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:

  1. Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
  2. Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
  3. Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
  4. Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah letaknya di sebelah distal.
  5. Tidak mudah kendor atau lepas
Prinsip dan Prosedur Pembidaian :
Prinsip
  1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
  2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
  3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.
Prosedur Pembidaian  
  1. Siapkan alat-alat selengkapnya 
  2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
  3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.
  4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
  5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
  6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
  7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
  8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Senin, 07 Mei 2012

Skema Resusitasi Jantung Paru

Untuk lebih mudah mengerti proses Resusitasi Jantung Paru, dapat melihat skema berikut:

Sabtu, 28 April 2012

Manajemen Airway, Breathing dan Circulation

Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas.
Tujuan : Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh. 

Pertama kali yang harus kita lakukan adalah : 
Pemeriksaan Jalan Napas dengan metode (Look, Listen, Feel)
Look : Lihat gerakan nafas ada atau tidak
Listen : Dengarkan ada atau tidak suara nafas tambahan yang keluar
Feel : Rasakan adanya aliran udara atau nafas yang keluar melalui mulut atau hidung.
Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan. 

Jenis-jenis suara nafas tambahan disebabkan karena hambatan sebagian jalan nafas :
A. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
 
Tindakan Cross-Finger

B. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
 
Tindakan Finger Sweep

C.Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja.

Bila pemeriksaan yang sudah kita lakukan seperti keterangan di atas dan kita menemukan adanya sumbatan pada jalan nafas langkah atau tindakan selanjutnya yang harus kita lakukan adalah membuka jalan nafas tersebut dengan berbagai macam metode di antaranya adalah :
1. Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
2. Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)
3. Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)

Perlu di ingat!! Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher yang berlebihan yang memungkinkan terjadinya cidera servikal yang lebih berat.

1. Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.

Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.

2. Chin Lift Manuver (Tindakan mengangkat dagu)
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan

Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.

3. Jaw thrust maneuver (Tindakan mengangkat sudut rahang bawah)
Tindakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas

Senin, 23 April 2012

Resusitasi Jantung Paru Dengan Dua Orang Penolong

Cara melakukan Resusitasi Jantung Paru dengan dua orang penolong sedikit berbeda dengan yang dilakukan oleh satu orang penolong, adapun caranya adalah sebagai berikut :
  1. Sebagaimana penatalaksanaan korban dengan satu penolong, maka tindakan pertama yang harus dilakukan ialah periksa respon, jika tidak ada
  2. Aktifkan sistem SPGDT
  3. Posisi penolong saling berseberangan diantara korban
  4. Buka jalan nafas dilakukan oleh penolong yang berada didekat kepala korban (caranya klik disini dan disini), dan periksa nafas
  5. Jika tidak ada nafas, berikan nafas buatan 2 kali dan singkirkan benda yang menyumbat jalan nafas
  6. Periksa Nadi karotis, jika ada lanjutkan pemberian nafas buatan sesuai dengan kelompok usia korban, jika nafas sudah ada lakukan pengawasan ABC dan posisi pemulihan
  7. Jika Nadi tidak teraba maka lakukan lakukan RJP
  8. Penolong yang berada dibagian dada menentukan titik pijatan kemudian melakukan pemijatan sebanyak 30 kali
  9. Dilanjutkan dengan penolong yang berada dibagian kepala memberikan nafas buatan sebanyak 2 kali
  10. Lakukan teknik di atas selama satu menit (12 siklus) kemudian periksa nadi karotis
  11. Jika nadi ada dan nafas ada maka teruskan pengawasan ABC sampai bantuan datang
  12. Jika nadi ada tetapi nafas belum ada maka teruskan bantuan pernafasan 10 -12 kali permenit, jika kemudian nadi juga tidak berdenyut lagi maka kembali lakukan RJP.
  13. Periksa kembali nadi karotis dan nafas setiap 2 atau 3 menit kemudian

Resusitasi Jantung Paru Satu Orang Penolong

Pada halaman sebelumnya kita telah membahas secara umum kapan dan bagaimana Resusitasi Jantung Paru (RJP) dilakukan, juga mengenai teknik kompresi baik pada dewasa maupun pada anak atau bayi.

Pada halaman ini, akan lebih dijelaskan lagi bagaimana cara melakukan RJP tersebut dengan satu orang penolong. Hal ini sangat penting mengingat adanya perbedaan melakukan RJP dengan satu orang penolong atau dua orang penolong.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
  1. Periksa Respon, jika tidak ada respon
  2. Aktifkan sistem (SPGDT), minta bantuan (bila belum dilakukan)
  3. Buka jalan nafas (caranya klik disini dan disini) dan lakukan pemeriksaan nafas
  4. Lakukan bantuan nafas awal 2 kali dan jika perlu singkirkan benda asing (yang mungkin ada atau menyumbat) dari mulut korban
  5. Jika korban bernafas dan nadi karotis teraba letakkan korban pada posisi pemulihan
  6. Periksa nadi karotis jika tidak ada denyutan maka lakukan RJP
  7. Posisikan penolong dan tentukan titik pijatan
  8. Lakukan pijatan jantung sebanyak 30 kali dengan kecepatan pijatan 80 - 100 kali per menit
  9. Berikan nafas buatan 2 kali secara kuat lembut, dilakukan setelah 30 kali pijatan jantung dengan waktu per satu tiupan sekitar 1,5 - 2 detik
  10. Lakukan terus sampai mencapai 5 siklus dari 30 pijatan dan 2 bantuan pernafasan
  11. Kemudian periksa nadi karotis korban
  12. Jika nadi berdenyut dan nafas ada teruskan monitor ABC sampai bantuan datang
  13. Jika nadi berdenyut tetapi nafas belum ada maka teruskan bantuan pernafasan 10 -12 kali per menit, jika kemudian nadi masih tidak berdenyut lakukan lagi RJP. Periksa kembali nadi karotis dan nafas setiap 2 atau 3 menit kemudian.

Teknik Kompresi pada Anak dan Bayi

Ada perbedaan antara pemberian Kompresi pada orang dewasa dan anak (1-8 tahun) serta (0-1) dalam proses Resusitasi Jantung Paru. Perbedaan itu terletak pada pemeriksaan nadi untuk bayi dilakukan pada Nadi Brakial (nadi lengan atas) sedangkan untuk anak sama dengan orang dewasa.
 
Sedangkan perbandingan kompresi dan bantuan pernafasan baik untuk satu penolong atau dua penolong adalah sama yaitu 5 : 1, berbeda untuk dewasa 30 : 2 (satu penolong) dan 5 : 1 (dua penolong).

Jika bayi atau anak tidak bernafas dan tidak berdenyut nadi maka mulailah proses RJP dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Posisikan korban. 
  2. Buka baju korban bagian dada. 
  3. Tentukan titik pijatan untuk bayi satu jari di bawah garis imajiner / semu kedua puting susu, untuk anak sama dengan orang dewasa. 
  4. Lakukan pijatan jantung untuk bayi dengan mempergunakan jari tengah dan jari manis, sedangkan untuk anak mempergunakan satu tumit tangan saja. Kecepatan pijatan jantung luar pada bayi sekurang-kurangnya 100 kali / menit.
"Khusus bayi baru lahir maka perbandingan pijatan jantung luar (kompresi) dan bantuan pernafasan 3 : 1, mengingat dalam keadaan normal bayi baru lahir memiliki denyut nadi di atas 120 kali / menit dan pernafasan mendekati 40 kali / menit"

Teknik Kompresi pada Korban Dewasa

Pada posting sebelumnya telah dibahas ketika melakukan Resusitasi Jantung Paru penolong harus memberikan kompresi (pijatan jantung luar) pada korban.

Untuk lebih memperjelas hal bagaimana melakukan kompresi (pijatan jantung luar) yang baik dan benar pada korban dewasa maka ikutilah langkah-langkah berikut:
  1. Posisikan korban, dia harus berbaring terlentang di atas dasar yang keras misalnya lantai, jangan di atas kasur.
  2. Bebaskan pakaian di sekitar dada korban.
  3. Posisi diri penolong pada salah satu sisi penderita. Upayakan senyaman mungkin, kedua lutut penolong dibuka kira-kira selebar bahu penolong.
  4. Tentukan pertemuan lengkung iga kiri dan kanan. Raba lengkung rusuk paling bawah geser sampai bertemu dengan rusuk sisi berlawanan.
  5. Temukan titik pijatan dari pertemuan kedua rusuk tersebut diukur 2 jari ke atas pada garis tengah tulang dada.
  6. Posisikan tangan penolong pada titik pijatan, bagian yang menekan adalah tumit tangan, tangan yang bebas diletakkan di atas tangan yang satunya untuk menopang.
  7. Posisikan bahu penolong tegak lurus dengan tangan yang menekan.
  8. Lakukan kompresi (pijatan jantung luar), jaga agar posisi tangan tetap lurus, berikan tekanan yang sesuai kekuatan dan kedalamannya dengan keadaan penderita. Pada saat melepaskan tekanan jangan sampai tertahan.
Menelusuri lengkung rusuk




Mengukur Tiga jari ke atas



PENTING!! FATALNYA AKIBAT KESALAHAN PADA RESUSITASI JANTUNG PARU

Kesalahan melakukan tindakan dan langkah dalam Resusitasi Jantung Paru dapat menyebabkan berbagai akibat bahkan akibat fatal yang ditimbulkan seperti bertambahnya cedera bisa berujung kepada kematian.

Oleh sebab itu perlu diketahui hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan serta akibatnya agar anda sebagai pelaku Pertolongan Pertama dapat lebih berhati-hati dalam melakukan hal tersebut.

Adapun beberapa kesalahan dalam melakukan RJP dan akibat yang ditimbulkannya adalah sebagai berikut:
  1. Korban tidak dibaringkan pada bidang yang keras, hal ini akan menyebabkan Pijatan Jantung Luar kurang efektif.
  2. Korban tidak horizontal, jika kepala korban lebih tinggi maka jumlah darah yang ke otak berkurang.
  3. Teknik tekan dahi angkat dagu kurang baik, maka jalan nafas masih terganggu.
  4. Kebocoran saat melakukan nafas buatan, menyebabkan pernafasan buatan tidak efektif.
  5. Lubang hidung kurang tertutup rapat dan mulut korban kurang terbuka saat pernafasan, menyebabkan pernafasan buatan tidak efektif.
  6. Letak tangan kurang tepat dan arah tekanan kurang baik, bisa menimbulkan patah tulang, luka dalam paru-paru.
  7. Tekanan terlalu dalam dan terlalu cepat, maka jumlah darah yang dialirkan kurang.
  8. Rasio kompresi dan nafas buatan tidak baik, maka oksigenisasi darah kurang. 
Akibat lainnya yang dapat terjadi jika RJP yang dilakukan salah adalah:
  • Patah tulang dada dan tulang iga.
  • Bocornya paru-paru (Pneumotoraks).
  • Perdarahan dalam paru-paru atau rongga dada (Hemotoraks).
  • Luka dan memar pada paru-paru.
  • Robekan pada hati.