Sabtu, 16 Juni 2012

Arti Loyalitas dan Kebersamaan dalam Organisasi


Manusia diciptakan TUHAN sebagai makhluk yang paling sempurna kerena memliki akal dan budi. Dengan akal budi ini manusia dituntut untuk mampu membedakan antara baik dan buruk serta dapat berfikiran secara kritis dalam menghadapi problema kehidupan. Berdasarkan hal ini, manusia adalah zoo politicon yaitu manusia sebagai makhluk tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan makhluk lain. Untuk itu manusia juga dituntut mampu berinteraksi, berhubungan secara timbal balik dengan lingkungan sosialnya.

Sesuai dengan pendapat para ahli sosial Abraham Maslow, melalui piramida kehidupan Maslow disebutkan bahwa pada tingkatan ketiga manusia perlu berafiliasi atau berorganisasi dimana kebutuhan ini akan muncul setelah manusia mampu memenuhi kebutuhan psikologi berupa kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan) dan kebutuhan akan keamanan (safety nedds).

Organisasi merupakan wadah atau sarana bagi suatu kelompok individu yang minimal punya suatu kesamaan visi dan misi. Satu hal penting yang sangat diperlukan oleh sebuah organisasi untuk mepertahankan keberadaannya adalah LOYALITAS dan KEBERSAMAAN dari anggotanya. Loyalitas erat kaitannya dengan kesetiaan. Seorang anggota yang memiliki loyalitas terhadap organisasinya memiliki kesadaran pribadi untuk memanfaatkan semua potensi yang ada dalam dirinya demi kemujuan organisasi.

Secara lebih real, anggota tersebut akan menaati segala bentuk tata tertib yang berlaku, mendukung program kerja dengan mengikutsertakan diri sebagai partisipan aktif. Bahkan menjadi pengurus atau kreator ide-ide penting untuk membangun organisasi dari dalam.

Loyalitas anggota memegang peranan krusial dalam jalannya organsiasi. Tata aturan yang sempurna, program kerja yang brilian, tanpa disertai loyalitas para eksekutornya adalah hal yang sia-sia.

Hal ini tidak kalah penting adalah kebersamaan antara anggota suatu organisasi. Dalam kenyataanya, pelaksanaan program kerja sebagai bentuk realisasi visi organisasi, tidak semua anggota memiliki kesamaan sistem kerja berdampak buruk bagi kelangsungan organisasi itu sendiri. Hal ini disebabkan terutama karena anggota yang mengikuti suatu organisasi tidak berniat secara penuh untuk mendedikasikan dirinya untuk kelangsungan organisasi, mereka hanya ingin mengambil manfaat yang mereka anggap berguna bagi mereka. Singkat kata, mereka yang aktif mengikuti kegiatan yang mereka inginkan. Mereka cenderung bersikap acuh tak acuh dalam mengikutsertakan diri menjalankan kegiatan organisasi yang tidak ada hubungannya dengan tujuan/alasan/keinginan mereka ketika mendaftar menjadi anggota organisasi.

Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa hal yang harus dijalankan secara kooperatif oleh pengurus organisasi terutama ketua organisasi :

Yang pertama adalah menjamin pengetahuan setiap anggota tentang organisasi secara keseluruhan. Pengetahuan tentang sejarah pendirian, visi, misi, serta program kerja organisasi misalnya.

Yang kedua, mengadakan kegiatan-kegiatan sesuai basis organisasi untuk melibatkan anggota secara aktif dalam organisasi bersangkutan.

Pemberian pengetahuan tentang organisasi dan kepemimpinan melalui ceramah atau seminar dari sumber yang kompeten, diskusi antar anggota, bila diikuti dengan sungguh-sungguh akan bermanfaat positif dalam membangun loyalitas dan kebersamaan antar organisasi.

Sikap-sikap seperti berjiwa besar, menghargai saran dan kritik yang bersifat membangun dan berjiwa satria, sangat berperan penting pula dalam diri masing-masing anggota untuk mewujudkan loyalitas dan kebersamaan dalam organisasi.

Sumber : Perjalanan Organisasi PMR periode 2009-2010

2 komentar:

  1. mantab...sungguh arti kebersamaan yang harus dijaga dan dkembangkan dalamlingkungan sosial sekalipun. kadang kita jarang menemukan kebersamaan dalam lingkungan kampung sekalipun. sekarang banyak orang yang mementingkan diri sendiri. nice post and di tunggu kunjungan baliknya

    BalasHapus
  2. sunggu mantap ini postingan #follback ya

    BalasHapus