Jumat, 25 Mei 2012

Kalah Namun Tidak Bermental Kalah

Kalah atau menang dalam sebuah perlombaan adalah hal biasa. Tidak ada sesuatu yang perlu disesali. Kekalahan bisa menimpa siapa saja, dan sebaliknya juga kemenangan. Tatkala kalah dalam bertanding (lomba), tidak perlu ada pihak-pihak yang disalahkan. Kalau ada pihak-pihak yang ternyata melakukan, itupun juga hal biasa. Sudah barang tentu, kesalahan itu tidak mungkin disengaja atau sesuatu yang selalu berhasil dihindari. 
 
Memang tampak oleh sementara orang, contoh beberapa peserta dalam lomba PMR pertama di Pos medis, juri melakukan kesalahan, misalnya salah ngasih kasus, sedikit songong, tidak sesuai dengan penatalaksanaan (misal; dalam lomba PP (pertolongan Petama) kita dalam menangani korban dengan juri aktif, seharuskan juri jawab apabila dalam pemeriksaan fisik mau ngasi kasus, 

Dalam dialog Team medis dan Juri AKtif
  • Team medis : lagi mode pemeriksaan fisik. "bagian kaki (paha)." ?, 
  • Juri aktif : ada !!
  • Team medis : mengaktifkan sistem PLNB? "apakah ada perubahan bentuk?, apakah ada luka, kalau ada berapa centimeter?, apakah ada nyeri (perih)? dan apakah ada bengkak (memar)?
  • Juri Aktif :  iyah itu sakit, kerjakan, kok mala tanya saya !! 
  • Team medis : &(^**$(%*$($)@#$^*(*&%# niih juri kram otak apa gk lulus pelatihan tentang PP yah !!! #[dalam hati].
  • Juri aktif : hmmm,... #[diam membisu dgn wajah tanpa dosa]
  • Team medis : kalau pun ini kasus nyata kami langsung tau berdasarkan mode pemeriksaan fisik yg dilakukan secara berkala dan bisa memutuskan tindakan apa yang dilakukan. #[dalam hati: sambil bijak plus emosi].
Kedua di pos siaga bencana yakni Lomba PBT dan TD, kesalahannya begini penatalaksanaan yang berbeda karena tidak ada pemberitahuan yang mendalam.

Dalam Dialog proses PBT
  • Team PBT : siap grak #[melakukan PBB], lalu lapor kepada juri. "lapor kami team PBT SMA B bernomer regu 1 siap melaksanakan Lomba".
  • Juri PBT : Laksanakan, mulai !!!
  • Team PBT : haphaphap !! dengan speed berbumbu semangat yang mengalir di jiwa....
  • Juri PBT : ..... !! #nengok stopwat (jam_beker)
  • Team PBT : selesai !!! tercatat waktu 3 menit 15 detik,...
  • Juri PBT : cepat sekali yah, akan tetapi cara yang dilkukan kurang rapi, kompak dan komunikasinya #[evaluasi]
  • Team PBT : siap pak... #[rendah hati]
  • Juri PBT : oke, selanjutnya bongkat tendanya. mulai !!!
  • Team PBT : haphaphap !!!
  • Juri PBT : .... !!! #nengok stopwat (jam_beker)
  • Team PBT : selesai !!! tercatat 43 detik,...
  • Juri PBT : sangat cepat sekali yah, akan tetapi cara yang dilakukan kurang kompak.
  • Team PBT : padahal kami sudah kompak menyelesaikan dengan mode team dan tugas-tugas pengerjaannya sudah terbagi,.. kenapa_kenapa ?? #[dalam_hati]
Setelah selesai melaksanakan PBT (pasang Bongkar Tenda), kami melihat dari hasil kinerja team lain waktu yang dicapai 10 menit semua (keseluruhan), dengan pengerjaan yang begitu kompak saat mau merobohkan tenda, setiap individu harus berada dalam posisi tongkat di setiap samping tenda, saat merapikan terpal (kain tenda) begitu rapi seperti sedang menyetrika baju dan tali temali juga harus di gulung dengan rapi dan baik.

Ketiga di pos soal dan presentasi medis yakni LCT (Lomba Cerdas Tangkas), PK (Perawatan Keluarga),  PRS (Pendidkan Remaja Sebaya), semua berjalan dengan lancar meski membingungkan... ahk entahlah,..

Selama berlangsungnya lomba dan selesai, akhirnya hasil dari keputusan juri telah dibacakan kepada semua peserta lomba #[dengan suasana hening dan sunyi] 

Kenapa yang juara hanya dari wilayah itu saja ?. Hhmmm, tanda tanya besar bagi kami !! Apabila ini di anggap ada intervensi atau tidak ada penyetaraan materi sebelumnya, mohon sekiranya panitia, juri, dan instansi-instansi terkait untuk merenungkan hal ini. 

Pepatah pernah bilang: "Kegagalan adalah sebuah kesuksesan yang tertunda."

Kekeliruan Itu semua, kiranya dipahami oleh semua orang. Demikian pula, umpamanya ada peserta  yang sedih, kecewa, jengkel, juga tidak perlu disalahkan. Sebab itu pertanda bahwa mereka simpatik, sayang, dan mencintai serta begitu mengertinya arti sebuah perjuangan . 

Adapun yang dimaksud bermental kalah, misalnya, mereka masih marah, murung, nyesal, jengkel, menyalahkan teman, sumpek, frustasi, selalu meletakkan kedua tangannya di antara kepala sehingga menggambarkan orang sedang susah, dan seterusnya. Mental pemenang dan juara tidak begitu. Semua dianggapnya biasa, apa yang telah terjadi dianggap pelajaran penting, tokh kemenangan itu suatu saat akan berhasil diraih. 

Memang siapapun yang bertanding ingin merebut kemenangan. Kedua belah pihak berusaha keras mendapatkannya. Namun tetap saja, bahwa peluang menang itu hanya satu, yaitu di antara keduanya yang beruntung dan lebih berkualitas. Perlombaan itu sendiri, sebenarnya adalah proses untuk mendapatkan yang terbaik. Dalam perlombaan, siapa yang paling berkualitas, maka itulah yang akan mendapatkan kemenangan. Maka apapun pihak pemenang harus diakui sebagai yang berkualitas dan unggul. 

Semua orang selalu menghendaki untuk mendapatkan kemenangan. Akan tetapi, keinginan itu tidak selalu terpenuhi. Jika yang disebut berkualitas itu ternyata belum berada pada pihak dirinya, maka sikap yang bagus adalah mengakui bahwa lawannya memang masih unggul. Keunggulan itu ke depan harus direbut. Sementara sekalipun tidak bermental kalah, maka kekalahan itu harus diterima. Ke depan, yang terpenting adalah harus berusaha keras memperbaiki diri. 

Akhirnya, bahwa yang seharusnya dibangun, dalam keadaan apapun, adalah mental pemenang. Setidaknya, sekalipun sedang dalam keadaan kalah harus mampu mengakui kelebihan dan kehebatan pihak lain, berpikir obyektif, dan berkeyakinan bahwa suatu ketika kemenangan itu akan diraih. Dengan demikian maka artinya, mental menang bisa dipelihara. Kalah tetapi masih bermental tidak kalah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar