Pemikiran negatif adalah
pemikiran yang mengganggu, gambaran-gambaran atau ide-ide yang jelek
namun menghantui, bersifat menyusahkan, dan sulit diatur sehingga kita
tidak merasa bebas.
Pemikiran yang mengganggu tersebut umumnya
berupa suara hati dan pemikiran yang memberikan saran-saran dan
gambaran-gambaran yang bersifat curiga, menuduh, menghujat, menghakimi
dan memvonis.
Banyak orang mengalami pemikiran ini, dan dapat dihubungkan dengan obsessive-compulsive disorder / OCD
(gangguan berupa pemikiran irrasional dan penuh kecurigaan) atau rasa
sedih. Pemikiran ini bisa melumpuhkan, kekuatiran yang menggusarkan dan
bersifat menetap.
Percakapan dengan diri sendiri
Ketika
anda sedang sendirian di dalam kamar anda, cobalah anda sesekali
menatap bayangan anda di dalam cermin, dan ajaklah dia berbicara.
Percakapan dengan diri sendiri bukanlah keanehan apalagi kegilaan,
tetapi merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki diri anda.
Mulailah
dengan menggali pemikiran-pemikiran negatif yang ada pada diri anda.
Kemudian diskusikan objek permasalan itu dengan diri anda. Kemukakan
pemikiran-pemikiran negatif yang harus diperbaiki dan temukan cara
mengatasi.
- Tahap pertama, anda harus memaafkan diri anda
karena memiliki pemikiran-pemikiran negatif itu. Penerimaan yang terbuka
dan pengakuan akan keberadaannya di dalam diri anda adalah tahap awal
yang memudahkan untuk menghilangkannya.
- Tahap kedua, anda
harus mengakui bahwa pemikiran-pemikiran negatif itu benar-benar buruk. Bukan hanya buruk dalam bentuk dan sifatnya, tapi juga buruk dalam
dampak yang diakibatkannya, baik terhadap diri anda sendiri maupun orang
lain di sekitar.
- Tahap ketiga, anda harus berani
mengoreksinya dan menggantikannya dengan pemikiran-pemikiran positif
yang bersifat membangun dan memperbaiki – biasanya berlawan dengan
pemikiran negatif itu
10 macam pemikiran negatif yang harus diangkat dari benak anda
1. Berpikir hitam-putih
Berpikir secara hitam-putih itu mudah tapi berbahaya, karena berpikir secara hitam-putih bisa membuat orang sombong atau sebaliknya mudah menjadikannya putus asa.
Yang dimaksud berpikir secara hitam-putih adalah menempatkan batasan pemikiran berupa ukuran-ukuran yang sempit. Cara berpikir seperti ini tidak mengandung nilai toleransi, tenggang rasa dan memudahkan. Seorang hakim yang bertugas menegakkan hukum di depan pengadilan sekalipun tidak boleh berpikir secara hitam-putih. Pertimbangan-pertimbangan rasa keadilan selalu berada pada bagian abu-abu yang mempunyai wilayah lebih luas dan tidak terbatas.
Contoh orang yang berpikir hitam-putih adalah orang yang memilih untuk tidak melakukan apa pun dari pada keliru, atau seseorang yang tidak mau menikah selamanya apabila tidak bisa mendapatkan pujaan hatinya, misalnya. Ada juga orang yang memvonis sebuah kesalahan secara maksimal. Ketika dia dibohongi sekali oleh orang lain, maka dia tidak mempercayai orang itu sepenuhnya.
2. Menjeneralisasi secara berlebihan
Berpikir secara jeneral bermakna melihat hal kecil atau bagian-bagian dan menganggapnya sebagai keseluruhan.
Kata yang dipergunakan biasanya, “selalu” dan “tidak pernah”
Cara berpikir dengan menjeneralisasi membuat orang menjadi mudah menyalahkan, menganggap remeh, tapi juga bisa menyempurnakan secara berlebihan. Sebagai contoh, ketika seorang suami pada suatu hari menemukan istrinya terlambat menyiapkan sarapan dibanding hari yang lain, maka dia dengan mudah mengatakan bahwa istrinya “selalu” terlambat menyiapkan sarapan, atau “tidak pernah” tepat waktu menyiapkan sarapan.
Begitu juga dengan pemikiran-pemikiran rasial, seperti misalnya orang “suku” ini begini dan “bangsa” ini begitu adalah juga pemikiran yang menjeneralisasi. Pertikaian dan permusuhan antar kelompok biasanya bersumber dari pemikiran negatif menjeneralisasi.
3. Hal negatif mengalahkan yang positif
Anda memilih suatu bagian yang negatif dan memikirkannya secara khusus dan mendalam, sedangkan bagian yang positif dilupakan.
Sebagai contoh ketika anda menerima banyak komentar yang positif tentang hasil pekerjaan anda dari rekan-rekan di kantor, maka anda merasa bahagia sekali dan terlambung. Tetapi ketika ada sebuah kritikan dari salah satu rekan yang sampai ke telinga, anda lalu menjadi murung dan memikirkannya berhari-hari dan anda merasa menjadi tidak sempurna. Dan anda melupakan hal-hal positif yang sudah anda dengar.
4. Diskon untuk hal positif
Anda menolak pengalaman-pengalaman positif dan dengan tegas tidak menanggapnya. Biasanya orang yang berpikiran negatif seperti ini tidak mudah memuji dan menganggap remeh kebaikan orang lain.
Jika anda melihat orang lain melakukan suatu pekerjaan yang baik, anda bilang kepada diri Anda bahwa itu hal biasa dan siapa pun bisa melakukan hal seperti itu. Memotong makna positif dari suatu perbuatan baik akan membuat anda orang yang tidak bahagia, karena selalu merasa tidak cukup dan bersyukur.
5. Terlalu cepat mengambil kesimpulan
Anda menginterpretasikan hal-hal secara negatif ketika tidak ada fakta-fakta yang mendukung kesimpulan anda. Pikiran anda secara sewenang-wenang, tanpa penyelidikan yang mendalam, menyimpulkan bahwa seseorang sedang berbuat negatif terhadap anda.
Orang dengan mudah memprediksikan sesuatu hal akan berakibat sangat buruk. Contohnya ketika seseorang sedang menghadapi sebuah ujian dan merasa belum siap, maka dia berpikir bahwa ujian ini pasti gagal dan tidak akan lulus. Padahal dia belum mengetahui soal-soal yang harus dijawabnya.
6. Pemikiran hiperbola atau melebih-lebihkan
Anda melebih-lebihkan pentingnya permasalahan dan kelemahan anda, atau anda terlalu memperkecil pentingnya kualitas yang diinginkan.
Keadaan tidak seimbang di dalam pemikiran juga bisa berakibat melupakan sisi-sisi lain yang seharusnya mendapatkan perhatian yang sama. Penyakit kejiwaan berupa pobia terhadap sesuatu termasuk dalam jenis ini.
7. Penalaran Secara Emosional
Anda berasumsi bahwa emosi anda yang negatif selalu mencerminkan hal yang benar-benar akan terjadi.
Sebagai contoh ketika anda sedang menaiki pesawat terbang dan anda merasa hati anda tidak enak, maka dalam hati anda berkata, "Aku merasakan ketakutan di dalam pesawat terbang ini. Ini pasti menandakan bahwa sangat berbahaya untuk terbang saat ini." Atau pemikiran seperti, "Aku merasa berdosa berarti aku adalah orang yang jahat" atau, "Aku merasakan marah. Hal ini membuktikan bahwa aku sedang diperlakukan tanpa keadilan."
Penalaran emosional ini belum tentu benar apabila di dalam kenyataan, fakta dan bukti tidak mengarah kepada hal itu. Ketika muncul perasaan takut di dalam pesawat terbang, bukan berarti pesawat terbang yang anda tumpangi akan benar-benar mengalami kecelakaan, bisa saja anda memang mengidap pobia kan ketinggian.
8. Memaksakan suatu kondisi
Penggunaan kata “seharusnya”, “perlu” dengan harapan sesuatu menjadi seperti yang anda harapkan, bisa berakibat keputusasaan dan frustasi.
Ketika anak anda yang sedang berlatih sebuah alat musik dengan giat, misalnya, dan anda sedang ikut menontonnya ternyata dia melakukan banyak kekeliruan. Anda berkata padanya, “Seharusnya kamu tidak melakukan banyak kesalahan dengan masa latihan yang sudah berlangsung sekian bulan ini.” Padahal di hari-hari latihan sebelumnya anak anda sedikit sekali melakukan kesalahan, hanya di saat anda ikut menonton dia menjadi gugup, dan anda sudah mengeluarkan komentar yang bisa membuatnya frustasi.
9. Label-label negatif yang menghakimi
Label-label yang negatif berupa gelar atau julukan buruk atas sebuah perbuatan adalah sebuah pemikiran negatif yang paling ekstrim.
Ketika seseorang melakukan suatu kesalahan misalnya dia menumpahkan makanan pada saat pesta, lalu beberapa orang menyebutnya, “Dasar pecundang”, lalu label itu melekat padanya selama-lamanya. Maka dia sudah menjadi pesakitan dalam penjara label tersebut. Dia akan sulit untuk menampakkan kebaikannya, karena tidak diperhatikan oleh orang lain, sedangkan dia sulit menyembunyikan keburukannya karena selalu dicari-cari oleh orang lain.
Pemberian label seperti “si kikuk”, “otak kriminal”, dan lain-lain hanya akan membuat orang yang diberi label tersebut betul-betul menjadi frustasi dan tidak bisa memperbaiki keadaannya, dan semakin terpuruk dalam keburukan sifatnya.
10. Menyalahkan secara personal atau bagian tertentu
Yang dimaksud menyalahkan secara personal adalah menimpakan suatu kesalahan yang menyebabkan keadaan yang buruk kepada satu orang saja, padahal masih ada personal lain yang mungkin memiliki kontribusi kesalahan.
Menyalahkan diri sendiri saja atau menyalahkan orang lain saja, termasuk ke dalam katagori ini. Sebagai contoh seorang ibu yang mendapatkan kabar dari sekolah bahwa anaknya mendapat nilai buruk dalam sebuah pelajaran. Si ibu, tanpa melihat sebab-musababnya, langsung menyalahkan anaknya, atau dia akan menyalahkan diri sendiri dan menganggap dirinya bukan orang tua yang baik, atau dia akan menyalahkan guru atau sistem di sekolah.
Menyalahkan secara personal hanya akan berakibat kemarahan dan keputusasaan bagi pihak yang disalahkan dan kelalaian dari pihak yang menyalahkan, karena tidak menyadari kesalahan diri sendiri. Yang lebih buruk lagi adalah menyalahkan keadaan karena tidak akan ada pemikiran untuk mencari solusi apabila semua orang menyalahkan keadaan atau kondisi yang bersifat pasif dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Yang perlu mendapatkan perhatian kita pertama kali adalah penanggulangan dampak buruk dari pemikiran-pemikiran negatif tersebut. Caranya dengan perlahan menurunkan kadar pemikiran negatif di pikiran anda. Bisa dengan berdoa kepada Tuhan untuk kebaikan orang yang dipikirkan secara negatif oleh anda atau anda melihat kepada diri anda sendiri bahwa anda pun mungkin akan berada pada posisinya.
Namun apabila ternyata dampaknya sulit untuk dinetralisir dari pikiran anda, berarti anda harus segera menggantikan pemikiran-pemikiran negatif dengan pemikiran-pemikiran positif – lawan langsung dari pemikiran-pemikiran negatif itu.
Ingatlah pemikiran-pemikiran negatif yang dipelihara lama di dalam diri anda, akan semakin sulit untuk dinetralisir atau digantikan dengan pemikiran positif ketika anda semakin menjadi tua.