Jumat, 06 Juli 2012

Kondom Tidak 100% Aman

Aneh sekali memang jika di Indonesia masih saja ada kelompok masyarakat yang menyatakan bahwa kondom 100 persen aman. Padahal, kenyataannya tidaklah demikian. Survei di lapangan dan penelitian di laboratorium membuktikan bahwa penggunaan kondom hanya dapat mereduksi risiko penularan, tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan (transmisi) virus HIV/AIDS.

Beberapa data berikut ini kiranya dapat menyadarkan kita semua terhadap kontroversi kondom yang selama ini diperdebatkan:
  1. Direktur Jenderal WHO Hiroshi Nakajima (1993) menyatakan bahwa efektivitas kondom diragukan. 
  2. Pernyataan J Mann (1995) dari Harvard AIDS Institute yang menyatakan bahwa tingkat keamanan kondom hanya 70 persen. 
  3. Penelitian yang dilakukan oleh Lytle (1992) dari Division of Life Sciences, Rockville, Maryland, USA, membuktikan bahwa penetrasi kondom oleh partikel sekecil virus HIV/AIDS dapat terdeteksi. 
  4. Penelitian yang dilakukan oleh Carey (1992) dari Division of Pshysical Sciences, Rockville, Maryland, USA, menemukan kenyataan bahwa virus HIV dapat menembus kondom. Dari 89 kondom yang diperiksa (yang beredar dipasaran) ternyata 29 dari padanya terdapat kebocoran, atau dengan kata lain tingkat kebocoran kondom mencapai 30 persen. 
  5. Dalam konferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai, Thailand (1995) dilaporkan bahwa penggunaan kondom aman tidaklah benar. Disebutkan bahwa pada kondom (yang terbuat dari bahan latex) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang, sedangkan bila dalam keadaan meregang lebarnya pori-pori tersebut mencapai 10 kali. Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus kondom. 
  6. Laporan dari majalah Customer Reports (1995) menyatakan bahwa pemeriksaan dengan menggunakan elektron mikroskop dapat dilihat pori-pori kondom yang 10 kali lebih besar dari virus HIV. 
  7. M Potts (1995), Presiden Family Health International, salah seorang pencipta kondom, mengakui, ”Kami tidak dapat memberitahukan kepada khalayak ramai sejauh mana kondom dapat memberikan perlindungan pada seseorang. Sebab, menyuruh mereka yang telah masuk ke dalam kehidupan yang memiliki risiko tinggi (seks bebas dan pelacuran) ini untuk memakai kondom sama saja artinya dengan menyuruh orang yang mabuk memasang sabuk ke lehernya. 
  8. V Cline (1995), profesor psikologi dan Universitas Utah, Amerika Serikat, menegaskan bahwa memberi kepercayaan kepada remaja atas keselamatan berhubungan seksual dengan menggunakan kondom adalah sangat keliru. Jika para remaja percaya bahwa dengan kondom mereka aman dari HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainnya, berarti mereka telah tersesatkan. 
  9. Pakar AIDS, R, Smith (1995), setelah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan penggunaan kondom, mengecam mereka yang telah menyebarkan safe sex dengan cara menggunakan kondom sebagai ”sama saja dengan mengundang kematian”. Selanjutnya beliau mengetengahkan pendapat agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari hubungan seksual di luar nikah (Rep. 12/11/95). 
  10. Di Indonesia pada tahun 1996 yang lalu kondom yang diimpor dari Hongkong ditarik dari peredaran karena 50 persen bocor. 
  11. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof Dr Biran Affandi (2000) menyatakan bahwa tingkat kegagalan kondom dalam Keluarga Berencana mencapai 20 persen. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan dari Prof Dr Haryono Suyono (1994) bahwa kondom dirancang untuk Keluarga Berencana dan bukan untuk mencegah virus HIV/AIDS.
Dapat diumpamakan bahwa besarnya sperma seperti ukuran jeruk Garut, sedangkan kecilnya virus HIV/AIDS seperti ukuran titik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegagalan kondom untuk program KB saja mencapai 20 persen, apalagi untuk program HIV/AIDS akan lebih besar lagi tingkat kegagalannya.

Dari data-data tersebut di atas jelaslah bahwa kelompok yang menyatakan kondom 100 persen aman merupakan pernyataan yang menyesatkan dan kebohongan.

Sehubungan dengan hal ini Allah SWT telah memberikan peringatan sebagaimana firman-Nya dalam surah An Nahl ayat 105 yang artinya, ”Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan itulah orang-orang pendusta.”

Di ayat lain Allah SWT berfirman dalam surah An Nuur ayat 11 yang artinya, ”Dan siapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang besar.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar