Sabtu, 07 Juli 2012

Pendidikan Agama bagi Anak Usia Dini

Pertumbuhan anak di usia dini amat penting dan menentukan. Apa yang terbentuk di usia itu akan mempengaruhi tingkat kecerdasan dari watak/kepribadian anak selanjutnya. Oleh karena itu, maka pendidikan di usia dini amat penting dan strategis.

Di sisi lain, hingga saat ini masih banyak kalangan masyarakat yang  belum menyadari hal tersebut, sehingga kadang tanpa disadari anak diperlakukan dengan keliru yang pada akhirnya dapat merusak atau menghambat pertumbuhan anak. Oleh karenanya maka diperlukan upaya-upaya untuk memperbaikinya secara sungguh sungguh dengan menggunakan metode yang tepat.

Sementara itu dalam Islam, yang merupakan petunjuk dari Sang Maha Pencipta dan Maha Pendidik, telah memberikan sinyal mengenai pentingnya pendidikan khususnya usia dini tersebut, antara lain :
  • Kewajiban untuk belajar dari setiap muslim.
  • Petunjuk untuk belajar sepanjang hidup dimulai sejak usia paling dini (ayunan).
  • Perintah mengajari anak untuk tidak musyrik kepada Allah SWT.
  • Perintah mengajari anak untuk shalat dan memahami Al-Qur’an.
  • Petunjuk Nabi bahwa ‘mengajar anak seperti melukis diatas batu sedangkan mengajar orang dewasa seperti melukis diatas air’.
Dengan demikian, penanaman sikap hidup/kepribadian harus dimulai dan akan membuahkan hasil yang maksimal bila dilakukan di usia dini.

Penanaman sikap hidup atau kepribadaian anak dilakukan melalui proses pendidikan, bukan proses pengajaran. Hal ini mengingat bahwa dalam proses pendidikan yang dibentuk adalah sikap hidup, kepribadian serta akhlak melalui sentuhan hati dan perasaan. Sementara dalam proses pengajaran sifatnya hanyalah sebagai transfer ilmu dimana bagian yang disentuh adalah akal dan otak.

Dengan demikian, proses pendidikan merupakan proses yang paling tepat diberikan pada anak usia dini, karena pada anak yang dominan adalah hati dan perasaan. Ini sangat penting, mengingat dalam proses pendidikan yang harus ditekankan adalah keteladanan, pembiasaan beribadah, maupun contoh-contoh kisah tauladan baik dari para Nabi, Sahabat dan para Ulama.

Media Pendidikan
Dalam prosesnya, pendidikan akan memerlukan media, dan media-media yang akan terlibat dalam proses pendidikan agama bagi anak, antara lain :
  1. Orang tua dan keluarga; merupakan media pendidikan yang paling utama dan pertama bagi anak. Orang tua harus menyadari hal ini. Segala perilaku, perbuatan dan sikap hidup mereka akan jadi contoh dan mempengaruhi pembentukan kepribadian anak.
  2. Masyarakat atau lingkungan sekitar, termasuk didalamnya teman-teman bermain anak. Membangun lingkungan kondusif sangat penting. Memperhatikan dan memikirkan/ memilih kawan bermain anak juga tidak kalah pentingnya
  3. Tempat Ibadah; berbeda dengan pendidikan umum, pendidikan agama (Islam) memandang tempat ibadah sebagai pusat pendidikan yang penting. Dalam masyarakat Islam selalu ada Masjid atau Mushola. Hal itu karena perintah menegakan shalat melalui shalat berjama’ah merupakan kewajiban yang sangat ditekankan. Dan karena itu sejak kecil anak sudah harus dikenalkan dengan tempat ibadah. Oleh karena itu adalah wajar menjadikan tempat ibadah sebagai pusat pendidikan bagi anak dengan melengkapinya dengan fasilitas pendidikan seperti : TPA maupun Perpustakaan Islam.
  4. Sekolah; peranan sekolah bagi pendidikan agama sangat strategis karena anak-anak akan cenderung menganggap sebagai sesuatu yang lebih formal & lebih serius. Sehingga sangat riskan manakala seorang anak dimasukan ke sekolah yang berlainan agama/ideologi.
Metode Pendidikan
Memberikan pendidikan ketika anak masih usia dini tidaklah memerlukan metoda yang rumit, justeru sebaliknya, harus dilakukan dengan metode yang sederhana dan mudah dipahami, seperti :
  1. Metode keteladanan; metode ini yang terutama harus diberikan oleh orang tuanya. Namun demikian pihak-pihak terkait lainpun semestinya bisa pula memberi contoh. Termasuk didalamnya contoh-contoh dalam cerita kepahlawanan, cerita keluhuran ahklak Nabi, Sahabat dan lain-lain.
  2. Metode pengalaman keagamaan; Anak diajak shalat berjamaah, tadabur alam, menolong fakir miskin, berkurban, mengumpulkan infaq, membantu korban bencana alam dan lain-lain
  3. Metode bermain peran; misalnya berperan tentang hidup orang kaya yang dermawan, pemuda yang menolong orang kena musibah dan lain-lain.
  4. Metode observasi;   Anak diajak melihat musium, pameran keagamaan, ikut shalat berjamaah tarawih, shalat ied, melihat dan membantu panti asuhan dan lain-lain.
Barangkali kita semua sepakat, bahwa akhlak merupakan cermin kepribadian seseorang, dimana akhlak yang mulialah yang akan mengantarkan seseorang kepada martabat yang lebih tinggi. Penilaian baik dan buruknya seseorang sangat ditentukan melalui akhlaknya tersebut.

Akhir-akhir ini mungkin anda pun merasakan, bahwa akhlak yang baik nampaknya telah menjadi sesuatu yang mahal dan sulit dicari. Di sisi lain, minimnya pemahaman akan nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an semakin memperparah kondisi tersebut.

Untuk membentuk pribadi yang mulia, hendaknya penanaman akhlak dilakukan semenjak dini terhadap anak-anak, karena pembentukannya akan lebih mudah dibanding setelah anak tersebut menginjak dewasa. Hal ini sangat penting sebagai upaya untuk menciptakan suasana yang harmonis & kondusif di tengah lingkungan masyarakat serta menghindari terjadinya permusuhan sebagaimana telah disinyalir al Qur’an dalam surat al-Hujurat ayat 11-13, yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S Al Hujuraat, 49:11).

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan syak wasangka (kecurigaan), karena sebagian dari syak wasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al Hujuraat, 49:12).

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al Hujuraat, 49:13).

Nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam ayat Al Qur’an diatas meliputi nilai pendidikan yang menjunjung kehormatan kaum Muslimin, taubat, positif thinking, ta’aruf, dan pendidikan egaliter (persamaan derajat).
Adapun aplikasinya dalam mendidik anak bisa dilakukan dalam bentuk :
  • Saling menghormati dapat dilakukan dengan keteladanan, nasihat, kisah, metode peringatan ataupun ancaman (tarhib).
  • Pendidikan taubat dapat dilakukan dengan pembiasaan dan pemberian nasihat (ceramah).
  • Pendidikan positif thinking dapat dilakukan dengan metode keteladanan, metode nasihat dan metode pembiasaan.
  • Pendidikan taaruf dapat dilakukan dengan nasihat, kisah dan pembiasaan; dan
  • Pendidikan egaliter dapat dilakukan dengan ceramah, nasihat, keteladanan dan metode kisah.
Marilah kita ajarkan dan kita bangun akhlak mulia anak semenjak dini agar kelak mereka tumbuh membentuk generasi muslim yang membanggakan dalam pandangan-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar